telkomsel halo

Kinerja 2012

Agresifitas XL Dibayangi Sejumlah Tekanan

22:21:45 | 02 Feb 2013
Agresifitas XL Dibayangi Sejumlah Tekanan
Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (indotelko) – PT XL Axiata Tbk (XL) menjadi operator seluler pertama yang mengeluarkan laporan keuangannya untuk tahun buku 2012.

Dalam laporan keuangannya, anak usaha Axiata ini menyatakan meraih keuntungan hanya sebesar Rp 2,765 triliun pada 2012 atau turun 2% dibandingkan 2011 sebesar Rp 2,83 triliun.

Presiden Direktur XL Axiata Hasnul Suhaimi dalam info memo laporan keuangan mengakui  tertekannya laba perseroan tak bisa dilepaskan dari masih agresifnya berinvestasi, khususnya di sektor data.

Jika dilihat dari data yang ada di info memo keuangan XL, beberapa hal yang memicu tertekannya bottom line perseroan adalah:  

Pertama, kerugian dari selisih kurs pada 2012 sebesar Rp 299 miliar atau naik 108% dibandingkan 2011 sebesar Rp Rp 144 miliar.

Hal ini karena XL memiliki hutang yang lumayan besar dalam  bentuk dollar AS yakni sekitar US$ 218 juta. Perseroan melakukan lindung nilai hampir 87% untuk hutang dalam dollar AS.

Kedua, aktifnya perusahaan berhutang untuk refinancing dan pemenuhan belanja modal  menjadikan biaya  keuangan naik pada 2012 yakni mencapai Rp 601 miliar atau naik 4% dibandingkan 2011 sebesar Rp 579 miliar.

Ketiga, besarnya investasi perseroan di infrastruktur untuk pengembangan jasa data ternyata diikuti resiko melonjaknya biaya di sektor tersebut. Pada 2012 biaya infrastruktur sebesar Rp 5.206 triliun atau naik 35% dibandingkan 2011 sebesar Rp 3.866 triliun.
 
Selama tahun 2012, XL telah membangun 11,179 BTS (2G dan 3G) dengan dukungan belanja modal  Rp 10,2 triliun.
Jumlah tersebut lebih banyak jika dibandingakan dengan pembangunan BTS baru di tahun sebelumnya yang mencapai 6,082 BTS. Hingga akhir tahun 2012, total BTS yang dimiliki oleh XL telah mencapai 39.452 BTS (2G/3G dengan 45,8 juta pelanggan.
     
Keempat, naiknya biaya depresiasi yang dialami sebagai konsekuensi modernisasi jaringan.
Pada 2012 biaya depresiasi dan amortisasi XL sebesar Rp 5.066 triliun atau naik 8% dibanding 2011 sebesar Rp 4.68 triliun.

Terakhir, perubahan dari biaya di jasa SMS ternyata juga mempengaruhi beban usaha perseroan. Pada 2012 untuk interkoneksi dikeluarkan biaya sebesar Rp 3.097 triliun naik 54% dibandingkan 2011 sebesar Rp 2.011 triliun.

Akumulasi dari tingginya beban usaha perseroan dan depresiasi menjadikan Laba sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi (EBITDA) pada 2012 sebesar Rp 9,7 triliun atau naik 45 dibandingkan 2011 sebesar Rp 9,3 triliun. EBITDA margin hanya  46% atau turun 5% dibandingkan 2011 sebesar 51%.

Sedangkan total asset yang dimiliki pada 2012 sebesar Rp 35,4 triliun atau naik 14% dibandingkan 2011 sebesar Rp 31.17 triliun.

Pendapatan Tumbuh
Hal yang menggembirakan adalah, pendapatan XL mengalami pertumbuhan yang lumayan besar selama 2012.  
 
Pada 2012 anak usaha Axiata ini meraih pendapatan sebesar Rp 21.278 triliun atau naik 15% dibandingkan 2011 sebesar Rp 18,468 triliun.
 
Penopang pendapatan XL adalah jasa seluler yang terdiri atas suara sebesar Rp 8.308 triliun atau naik 6% dibandingkan 2011 sebesar Rp 7.8 triliun. SMS sebesar Rp 4.729 triliun atau naik 16% dibandingkan 2011 sebesar Rp 4.07 triliun.

“Keberhasilan produk XLKU dan paket Serbu berhasil mengembalikan pelanggan yang hilang,”  jelas Hasnul.

Jasa data pada 2012 meraih pendapatan sebesar Rp 3.718 triliun atau naik 32% dibandingkan 2011 sebesar Rp 2.817 triliun.

Pada 2012 pengguna data di XL mencapai  25.6 juta. Keberhasilan menggeser pengguna dari jasa tradisional ke data menjadikan layanan ini berkontribusi sekitar 20% ke total omzet.

Sedangkan jasa telekomunikasi lainnya pada 2012 hanya meraih pendapatan sebesar Rp 1.68 triliun atau turun  4% dibandingkan 2011 sebesar Rp 1.75 triliun. jasa ini berkontribusi sekitar 8% bagi total omzet XL.
 
Pemicu turunnya pendapatan dari sektor ini adalah berhentinya kerjasama nasional roaming dengan Axis dan  masalah penagihan sewa dengan salah satu mitra operator.

Tetap Agresif
Hasnul memberikan petunjuk pada tahun ini XL akan tetap agresif dengan mengalokasikan belanja modal antara Rp 8-9 triliun. Selain itu perseroan juga tetap tumbuh setara dengan industri atau lebih. Hal ini berarti pertumbuhan yang dibidik sekitar 7-9%. Sedangkan EBITDA margin di bawah 40%.

Jika melihat rencana yang ditetapkan pada tahun ini maka bisa diprediksi kinerja XL untuk 2013 masih di bawah tekanan beban usaha, bunga hutang, fluktuatif kurs, dan tingginya depresiasi.

Masalah pengelolaan hutang harus menjadi perhatian dari manajemen XL.

Perseroan pada 2012 memiliki total hutang Rp 13,5 triliun naik dari Rp 10,7 triliun pada 2011. Pada tahun ini, ada dua hutang yang jatuh tempo dengan perkiraan US$ 73 juta dan Rp 1,25 triliun.

Pada 2012 saja, XL  telah mendapatkan pinjaman baru dari BCA, BTMU dan Mandiri  sebesar Rp 6,5 triliun dan juga melakukan pembayaran hutang sebesar Rp 3,9 triliun. Untuk rasio hutang bersih/EBITDA juga meningkat dari 1,0x menjadi 1.3x di tahun 2012.

Selama ini XL untuk memenuhi belanja modal selalu mengandalkan kas internal. Dari operasional kas yang didapat memang naik. Pada 2012 sebesar Rp 8.9 triliun atau naik 7% dibanding 2011 sebesar Rp 8.4 triliun.

Namun, dana kas ini pada 2012 disedot semua untuk investasi. Alhasil , free cash flow XL pada 2012 negatif yakni Rp 1.015 triliun dibanding 2011 positif sebesar Rp 1.775 triliun.

Sebelumnya, Head Of Research Bahana Sekuritas Harry Su memprediksi pada 2013 pendapatan XL sebesar Rp 23,3 triliun rupiah dengan laba Rp 3,1 triliun.

“Tingginya belanja modal dengan rendahnya keuntungan usaha menjadikan bottom line XL bergerak tipis,” prediksinya.

Pasar saham sendiri merespons laporan keuangan XL  dengan positif. Pada penutupan perdagangan Jumaat (1/2) saham dengan kode EXCL ini ditutup di Rp 5.300 per lembar naik dari Kamis (31/1) yang di kisaran RP 5 ribu per lembar.(id)
 
   
 

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories